BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap
orang mempunyai pengertian akan suatu peristiwa atau masalah yang terjadi pada
dirinya atau pengalaman. Pengertian ini akan berbeda pada setiap individu
walaupun melihat hal yang sama.
Salah
satu contoh yang terjadi pada perstiwa 11 September 2001, kehidupan masyarakat
Amerika sebagian besar berubah. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai
stereotip yang dimiliki oleh masyarakat Amerika tentang orang-orang Muslim.
Serangan
teroris 11 September juga menyadarkan berjuta-juta orang Muslim yang hidup di
Amerika tentang kekuatan yang menyakitkan dari stereotip. Stereotip yang ada
ini merupakan bagian dari persepsi dan membentuk berbagai penilaian yang kita
buat tentang individu lain. Persepsi
yang timbul dalam masyarakat dapat berhubungan dengan pembuatan keputusan pada
individu-individu.
Menurut
Stephen P. Robbins persepsi (perception) adalah proses di mana individu
mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan
arti bagi lingkungan mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten
menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi
memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorang pun dari kita
melihat realitas. Yang kita lakukan adalah menginterprestasikan apa yang kita
lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
Akibat
dari serangan yang terjadi di Amerika, pada umumnya masyarakat USA mempunyai
persepsi bahwa orang Muslim identik dengan teroris. Karena masyarakat Amerika
menginterprestasikan apa yang dilihatnya pada saat itu. Tetapi saat ini ada
beberapa masyarakat yang mempunyai persepsi bahwa tidak semua orang Muslim
adalah teroris.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Apakah
yang dimaksud persepsi ?
2. Faktor
apakah yang mempengaruhi persepsi ?
3. Bagaimana
jalan pintas digunakan dalam menilai individu lain ?
4. Bagaimana
persepsi mempengaruhi proses pembuatan keputusan ?
5. Apakah
6 langkah rasional dalam modal pembuatan keputusan ?
6. Apa
tindakan dari pembuat keputusan yang rasional ?
7. Apa
kesalahan-kesalahan keputusan umum ?
8. Kondisi
–kondisi dimanakah para individu kemungkinan besar menggunakan intuisi dalam
membuat keputusan ?
9. Apa
3 kriteria keputusan etis ?
1.3 TUJUAN
Penulisan
makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Perilaku
Organisasi
2.
Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan untuk berbagai keperluan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi
adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa
yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif.
Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan
pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam
perilaku organisasi.
Persepsi
menurut Robbins adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka.
Menurut
Manahan, persepsi adalah gambaran seseorang tentang sesuatu obyek yang menjadi
fokus permasalahan yang sedang dihadapi.
2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERSEPSI
Ada
3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1.
Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya
akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya
sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.
Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan
mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka.
2.
Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan
membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang
berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula.
3.
Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang
wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh
laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya
sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
Dari
pendapat di atas yang dimaksud dengan persepsi adalah proses gambaran yang ada
pada individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan yang diterima oleh
indera sehingga memberikan makna kepada lingkungan.
Ketika
seorang individu melihat suatu sasaran atau mengobservasi dan berusaha
menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi
oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi
yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif, kepentingan,
pengalaman masa lalu, dan harapan.
2.3 JALAN PINTAS YANG
DI GUNAKAN DALAM MENILAI INDIVIDU LAIN
Dalam menilai stimulus atau objek, menggunakan pola tertentu yang berbeda, menggunakan pola untuk membuat kesimpulan tentang arti dari objek atau stimulasi disebut jalan pintas persepsi.
Pola tersebut antara lain:
· Persepsi Selektif: Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.· Efek Halo: Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan sebuah karakteristik.
· Efek-efek kontras: Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama.
· Proyeksi: Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri dengan individu lain.
· Pembentukaan Stereotip: menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok di mana ia tergabung.
2.4 PERSEPSI MEMPENGARUHI PROSES
PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaiman individu dalam organi sasi dalam mengambil keputusan dan kualitas dari pulihan mereka sebagaian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang Manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun divisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oleh managernya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan haltersebut, yang akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
Pengambilan keputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaiman individu dalam organi sasi dalam mengambil keputusan dan kualitas dari pulihan mereka sebagaian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang Manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun divisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oleh managernya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan haltersebut, yang akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
2.5.
6 LANGKAH RASIONAL DALAM MODAL PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengambil
keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam
batas-batas tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan keputusan yang
rasional, yaitu : menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan,
mengalokasikan bobot pada kriteria, mengembangkan alternatif, mengevaluasi
alternatif, dan memilih alternatif terbaik.
Model
pengambilan keputusan yang rasional diatas mengandung sejumlah asumsi, yaitu :
·
Kejelasan masalah : pengambil keputusan
memiliki informasi lengkap sehubungan dengan situasi keputusan.
·
Pilihan-pilihan diketahui : pengambil
keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan dapat
mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
·
Pilihan yang jelas : kriteria dan
alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
·
Pilihan yang konstan : kriteria
keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu.
·
Tidak ada batasan waktu dan biaya :
sehingga informasi lengkap dapat diperoleh tentang kriteria dan alternatif.
·
Pelunasan maksimum : alternatif yang
dirasakan paling tinggi akan dipilih.
2.6 TINDAKAN DARI PEMBUATAN
KEPUTUSAN YANG RASIONAL
Proses
pengambilan keputusan rasional dibedakan deri metode yang lain dalam
pengambilan keputusan karena mengikuti tiga tahap berurutan yang berbeda tetapi
saling terkait yaitu :
1. Menyutujui
dan mengartikulasikan objek organisasi tujuan serta prioritas penentu tujuan.
2. Mengumpulkan,
menganalisis dan mengevaluasi informasi dalam program yang berbeda dari tindakan.
Informasi ini bersama-sama dengan data lain, seperti dari pengamatan
lingkungan, digunakan untuk membuat dugaan tentang konsekuensi masa depan dari
pilihan alternatif.
3. Memilih
perangkat terbaik dalam tindakan yang dinilai paling mungkin untuk pencapaian
tujuan yang maksimal.
2.7 KESALAHAN-KESALAHAN KEPUTUSAN
UMUM
•
Kesalahan
yang tidak disengaja: Kecenderungan individu untuk percaya bahwa mereka bisa
memprediksi hasil dari peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja.
•
Kutukan
Pemenang: Proses pembuatan keputusan yang memperlihatkan bahwa partisipan yang
menang dalam sebuah lelang biasanya membayar terlalu tinggi untuk barang yang
dimenangkan.
•
Bias
Peninjauan Kembali: Kecenderungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah
memprediksi hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil itu
benar-benar diketahui
2.8
KONDISI-KONDISI PARA INDIVIDU KEMUNGKINAN BESAR MENGGUNAKAN INTUISI DALAM
MEMBUAT KEPUTUSAN
Penggunaan
intuisi untuk mengambil keputusan tidak lagi diangap tak rasional atau tak
efektif. Ada pengakuan yang makin berkembang bahwa analisis rasional terlalu
ditekankan dan bahwa dalam kasus-kasus tertentu mengandalkan pada intuisi dapat
memperbaiki pengambilan keputusan. Namun perlu dilihat bahwa definisi intuitif
dari para ahli adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam
pengalaman yang tersaring. Intuisi ini juga saling melengkapi dengan analisi
rasional. Ada 8 kondisi dimana orang paling mungkin menggunakan intuisi didalam
pengambilan keputusan, yaitu :
1. bila
ada ketakpastian dalam tingkat yang tinggi,
2. bila
hanya sedikit preseden untuk diikuti,
3. bila
variabel-variabel kurang dapat diramalkan secara ilmiah,
4. bila
‘fakta’ terbatas,
5. bila
fakta tidak menunjukkan dengan jelas jalan utnuk dituruti,
6. bila
data analitis kurang berguna,
7. bila
ada beberapa penyelesaian alternatif untuk dipilih dengan argumen yang baik,
8. bila
waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat.
2.9 3 KRITERIA KEPUTUSAN ETIS
Tiga
kriteria keputusan etis:
Utilitarian
Keputusan
diambil semata-mata atas dasar hasil atau konsekwensi mereka. Memberikan
kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar, Konsisten dengan tujuan
seperti efisiensi, produktivitas, dan laba yang tinggi.
Fokus
pada utilitarianisme, mendorong efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat
mengakibatkan pengabaian hak dari beberapa individu, terutama minoritas.
Menekankan
pada Hak
Mengambil
keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar mendasar.
Menghormati hak dasar para individu. Fokus pada hak, melindungi individu tetapi
dapat menghambat produktivitas dan efisiensi.
Menekankan
pada keadilan
Mengenakan
dan memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada
pembagian manfaat dan biaya yang ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas.
Fokus
pada keadilan, melindungi kepentingan yang kurang terwakili, mendorong rasa
kepemilikan yang akan mengurangi pengambilan resiko, inovasi, dan produktivitas.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Persepsi
adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk mengorganisasikan
dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan
mereka.
Ketika
seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa
yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari
pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi
terdiri dari sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan
harapan.
Teori
persepsi; persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi
terhadap objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli
berkaitan dengan cara membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang
adalah teori atribusi : teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati
perilaku individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan
secara internal atau eksternal.
Salah satu
penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka
(bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi.
Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar
dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan
penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya
daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa
teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih
akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat
ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena
tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu
kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Pengambilan
kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian
yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam
organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar
dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Dari hasil
riset setiap indivdu berbeda dalam mengambil keputusan melalui pendekatan
yaitu; analitis, direktif, konseptual dan perilaku.
Selain dari
empat pendekatan tersebut, terdapat juga latar belakang budaya yang
mempengaruhi persepsi individu dalam membuat keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
·
blog.indonesia.com/blog_archieve_12920_9.html
·
C. M. Judd dan B. Park. Definition and
Assessment of Accuracy in Social Stereotypes, Psycological Review, Januar 1993.
·
http.//filsafatkita.fzg.net/
·
http;//search.localcolorart.com/search/encyclopeda/List_of_terors_incidents/.
·
J. S. Bruner dan R. Tagiuri. The
Perception of People. in E. Lindzey (ed.) Addison-Wesley. 1954
·
kuliahpsikologi.dekrzky.com/teori_atribusi
·
Robbins. Stephen P. Prinsip-prinsip
Perilaku Organisasi, Penerbit; Erlangga, Jakarta. 2002
·
Robbns. Stephen P. and Judge. Timothy A.
Perilaku Organisasi. Buku I. Penerbit; Salemba Empat, Jakarta, 2009
·
Suryabrata. S. Psikologi Pendidikan.
Penerbit; RajaGrafindo Persada. Jakarta.2005
·
10.Theme:Blix by Sebastian Schmieg.blog
at WordPress.com. Faktor Individu dalam Pengambilan Keputusan.
·
11.Tampubolon. Manahan P. Perilaku
Keorganisasian (Organization Behavior) Perspektif Organisasi Bisnis. Edisi
Kedua.Penerbit; Ghalia Indonesia, Bogor.2008.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus