Minggu, 18 Oktober 2015

MAKALAH PERSEPSI DAN PEMBUATAN KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap orang mempunyai pengertian akan suatu peristiwa atau masalah yang terjadi pada dirinya atau pengalaman. Pengertian ini akan berbeda pada setiap individu walaupun melihat hal yang sama.
Salah satu contoh yang terjadi pada perstiwa 11 September 2001, kehidupan masyarakat Amerika sebagian besar berubah. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai stereotip yang dimiliki oleh masyarakat Amerika tentang orang-orang Muslim.
Serangan teroris 11 September juga menyadarkan berjuta-juta orang Muslim yang hidup di Amerika tentang kekuatan yang menyakitkan dari stereotip. Stereotip yang ada ini merupakan bagian dari persepsi dan membentuk berbagai penilaian yang kita buat tentang individu lain.  Persepsi yang timbul dalam masyarakat dapat berhubungan dengan pembuatan keputusan pada individu-individu.
Menurut Stephen P. Robbins persepsi (perception) adalah proses di mana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorang pun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah menginterprestasikan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
Akibat dari serangan yang terjadi di Amerika, pada umumnya masyarakat USA mempunyai persepsi bahwa orang Muslim identik dengan teroris. Karena masyarakat Amerika menginterprestasikan apa yang dilihatnya pada saat itu. Tetapi saat ini ada beberapa masyarakat yang mempunyai persepsi bahwa tidak semua orang Muslim adalah teroris.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah, sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud persepsi ?
2.      Faktor apakah yang mempengaruhi persepsi ?
3.      Bagaimana jalan pintas digunakan dalam menilai individu lain ?
4.      Bagaimana persepsi mempengaruhi proses pembuatan keputusan ?
5.      Apakah 6 langkah rasional dalam modal pembuatan keputusan ?
6.      Apa tindakan dari pembuat keputusan yang rasional ?
7.      Apa kesalahan-kesalahan keputusan umum ?
8.      Kondisi –kondisi dimanakah para individu kemungkinan besar menggunakan intuisi dalam membuat keputusan ?
9.      Apa 3 kriteria keputusan etis ?

1.3  TUJUAN
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.      Sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi
2.      Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan untuk berbagai keperluan.








BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
Persepsi menurut Robbins adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Menurut Manahan, persepsi adalah gambaran seseorang tentang sesuatu obyek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi.

2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka.
2. Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula.
3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
Dari pendapat di atas yang dimaksud dengan persepsi adalah proses gambaran yang ada pada individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan yang diterima oleh indera sehingga memberikan makna kepada lingkungan.
Ketika seorang individu melihat suatu sasaran atau mengobservasi dan berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.

2.3 JALAN PINTAS YANG DI GUNAKAN DALAM MENILAI INDIVIDU LAIN


Dalam menilai stimulus atau objek, menggunakan pola tertentu yang berbeda, menggunakan pola untuk membuat kesimpulan tentang arti dari objek atau stimulasi disebut jalan pintas persepsi.


Pola tersebut antara lain:
· Persepsi Selektif: Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.
· Efek Halo: Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan sebuah karakteristik.
· Efek-efek kontras: Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama.
· Proyeksi: Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri dengan individu lain.

· Pembentukaan Stereotip: menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok di mana ia tergabung.




2.4 PERSEPSI MEMPENGARUHI PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaiman individu dalam organi sasi dalam mengambil keputusan dan kualitas dari pulihan mereka sebagaian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.

Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang Manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun divisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oleh managernya.

Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan haltersebut, yang akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.

2.5. 6 LANGKAH RASIONAL DALAM MODAL PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pengambil keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan keputusan yang rasional, yaitu : menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, mengalokasikan bobot pada kriteria, mengembangkan alternatif, mengevaluasi alternatif, dan memilih alternatif terbaik.
Model pengambilan keputusan yang rasional diatas mengandung sejumlah asumsi, yaitu :
·         Kejelasan masalah : pengambil keputusan memiliki informasi lengkap sehubungan dengan situasi keputusan.
·         Pilihan-pilihan diketahui : pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
·         Pilihan yang jelas : kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
·         Pilihan yang konstan : kriteria keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu.
·         Tidak ada batasan waktu dan biaya : sehingga informasi lengkap dapat diperoleh tentang kriteria dan alternatif.
·         Pelunasan maksimum : alternatif yang dirasakan paling tinggi akan dipilih.

2.6 TINDAKAN DARI PEMBUATAN KEPUTUSAN YANG RASIONAL
Proses pengambilan keputusan rasional dibedakan deri metode yang lain dalam pengambilan keputusan karena mengikuti tiga tahap berurutan yang berbeda tetapi saling terkait yaitu :
1.      Menyutujui dan mengartikulasikan objek organisasi tujuan serta prioritas penentu tujuan.
2.      Mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi dalam program yang berbeda dari tindakan. Informasi ini bersama-sama dengan data lain, seperti dari pengamatan lingkungan, digunakan untuk membuat dugaan tentang konsekuensi masa depan dari pilihan alternatif.
3.      Memilih perangkat terbaik dalam tindakan yang dinilai paling mungkin untuk pencapaian tujuan yang maksimal.

2.7 KESALAHAN-KESALAHAN KEPUTUSAN UMUM
         Kesalahan yang tidak disengaja: Kecenderungan individu untuk percaya bahwa mereka bisa memprediksi hasil dari peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja.
         Kutukan Pemenang: Proses pembuatan keputusan yang memperlihatkan bahwa partisipan yang menang dalam sebuah lelang biasanya membayar terlalu tinggi untuk barang yang dimenangkan.
         Bias Peninjauan Kembali: Kecenderungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah memprediksi hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil itu benar-benar diketahui

2.8 KONDISI-KONDISI PARA INDIVIDU KEMUNGKINAN BESAR MENGGUNAKAN INTUISI DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN
Penggunaan intuisi untuk mengambil keputusan tidak lagi diangap tak rasional atau tak efektif. Ada pengakuan yang makin berkembang bahwa analisis rasional terlalu ditekankan dan bahwa dalam kasus-kasus tertentu mengandalkan pada intuisi dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Namun perlu dilihat bahwa definisi intuitif dari para ahli adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Intuisi ini juga saling melengkapi dengan analisi rasional. Ada 8 kondisi dimana orang paling mungkin menggunakan intuisi didalam pengambilan keputusan, yaitu :

1.      bila ada ketakpastian dalam tingkat yang tinggi,
2.      bila hanya sedikit preseden untuk diikuti,
3.      bila variabel-variabel kurang dapat diramalkan secara ilmiah,
4.      bila ‘fakta’ terbatas,
5.      bila fakta tidak menunjukkan dengan jelas jalan utnuk dituruti,
6.      bila data analitis kurang berguna,
7.      bila ada beberapa penyelesaian alternatif untuk dipilih dengan argumen yang baik,
8.      bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat.

2.9 3 KRITERIA KEPUTUSAN ETIS
Tiga kriteria keputusan etis:
Utilitarian
Keputusan diambil semata-mata atas dasar hasil atau konsekwensi mereka. Memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar, Konsisten dengan tujuan seperti efisiensi, produktivitas, dan laba yang tinggi.
Fokus pada utilitarianisme, mendorong efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat mengakibatkan pengabaian hak dari beberapa individu, terutama minoritas.
Menekankan pada Hak
Mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar mendasar. Menghormati hak dasar para individu. Fokus pada hak, melindungi individu tetapi dapat menghambat produktivitas dan efisiensi.


Menekankan pada keadilan
Mengenakan dan memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas.
Fokus pada keadilan, melindungi kepentingan yang kurang terwakili, mendorong rasa kepemilikan yang akan mengurangi pengambilan resiko, inovasi, dan produktivitas.














BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Teori persepsi; persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi : teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Dari hasil riset setiap indivdu berbeda dalam mengambil keputusan melalui pendekatan yaitu; analitis, direktif, konseptual dan perilaku.
Selain dari empat pendekatan tersebut, terdapat juga latar belakang budaya yang mempengaruhi persepsi individu dalam membuat keputusan.












DAFTAR PUSTAKA
·         blog.indonesia.com/blog_archieve_12920_9.html
·         C. M. Judd dan B. Park. Definition and Assessment of Accuracy in Social Stereotypes, Psycological Review, Januar 1993.
·         http.//filsafatkita.fzg.net/
·         http;//search.localcolorart.com/search/encyclopeda/List_of_terors_incidents/.
·         J. S. Bruner dan R. Tagiuri. The Perception of People. in E. Lindzey (ed.) Addison-Wesley. 1954
·         kuliahpsikologi.dekrzky.com/teori_atribusi
·         Robbins. Stephen P. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Penerbit; Erlangga, Jakarta. 2002
·         Robbns. Stephen P. and Judge. Timothy A. Perilaku Organisasi. Buku I. Penerbit; Salemba Empat, Jakarta, 2009
·         Suryabrata. S. Psikologi Pendidikan. Penerbit; RajaGrafindo Persada. Jakarta.2005
·         10.Theme:Blix by Sebastian Schmieg.blog at WordPress.com. Faktor Individu dalam Pengambilan Keputusan.
·         11.Tampubolon. Manahan P. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior) Perspektif Organisasi Bisnis. Edisi Kedua.Penerbit; Ghalia Indonesia, Bogor.2008.







1 komentar: